Sabtu, 11 Agustus 2012

Kisah nyata seorang Pemuda
Kisah nyata seorang Pemuda

Kisah nyata seorang Pemuda

Kisah nyata seorang Pemuda


Sebuah kisah nyata Yg patut kita ambil hikmahnya,
diantaranya :
1. Kebenaran Islam yang nyata,
2. Sangat beratnya timbangan Dua kalimatus Syahadat,
3. Pentingnya bagi pemuda Muslim untuk menuntut ilmu,

Simak kisah Satu gereja masuk Islam,  wow benarkah?
Semoga ALLAH mengizinkan kita menjadi pemuda seperti beliau,
Aamiiin..... Allahumma Aamiin............



Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab Yang Menimba Ilmu Di Amerika
Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika.Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani.Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut.Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Semula ia berkeberatan, namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka.

Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk. Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihatnya dan berkata pada para hadirin; "Di tengah kita ini ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini."
Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya.
Hingga akhirnya pendeta itu berkata,
"Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya."
Barulah pemuda ini beranjak keluar. Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta,
"Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim."
Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu."
Kemudian ia beranjak hendak keluar,namun sang pendeta ingin memanfaatkan
keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan,
tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan
markasnya.
Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.

Sang pendeta berkata,
"Hai Pemuda, Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat."
Si pemuda tersenyum dan berkata,
"Silahkan..!!! Dengan senang hati, aku akan menjawab pertanyaan anda, Insya Allah..!!

Maka dengan begitu, Sang pendeta pun mulai bertanya,

  1. Sebutkan satu yang tiada duanya
  2. dua yang tiada tiganya,
  3. tiga yang tiada empatnya,
  4. empat yang tiada limanya,
  5. lima yang tiada enamnya,
  6. enam yang tiada tujuhnya,
  7. tujuh yang tiada delapannya
  8. delapan yang tiada sembilannya,
  9. sembilan yang tiada sepuluhnya,
  10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
  11. sebelas yang tiada dua belasnya,
  12. dua belas yang tiada tiga belasnya,
  13. tiga belas yang tiada empat belasnya.
  14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
  15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
  16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
  17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
  18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
  19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
  20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu
  21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
  22. Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan 2 di bawah sinaran matahari?"

Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu ter-senyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah swt. Setelah membaca basmalah ia berkata,

  1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
  2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)." (Al-Isra':12)
  3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
  4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur'an.
  5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
  6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah SWT menciptakan makhluk.
  7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk:3).
  8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,"Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).
  9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan *
  10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah ke-baikan. Allah SW berfirman, "Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).
  11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf.
  12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).
  13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
  14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing. " (At-Takwir:18).
  15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
  16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf, yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,"Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami,lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, " tak ada cercaaan ter-hadap kalian." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
  17. "Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT berfirman, " Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai." (Luqman: 19).
  18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
  19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (Al-Anbiya': 69).
  20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
  21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 2Cool.
  22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan 2 di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, 3 dikerjakan di malam hari dan 2 di siang hari.

Nah dengan begitu, maka sang pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban si pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Dan permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.
Lantas pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"
mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.

Mereka berkata,
"Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab dengan sempurna,
sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan saja, namun anda tidak mampu
menjawabnya! "

Pendeta tersebut berkata,
"Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah.
 Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda."
Sang pendeta pun berkata, Jawabannya ialah: "Asyhadu an La Ilaha Illallah wa 'Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah."

Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itupun memeluk agama Islam, lantaran terbawa mengikuti jawaban dengan mengucapkan dua kalimatus syahadat bersama sang pendeta.  ALLAHU AKBAR! Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.**


Semoga Bermanfa’at
❀ Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum. ❀
Silahkan di Tag/Share….Semua untuk Umat dan Syiar Islam, Silahkan saling bantu Tag atau bagikan pada sahabat-sahabat yang lain, Kunjungi Blog & Page kami dan klik ''Like/Suka'' untuk Bergabung.

Page: https://www.facebook.com/pages/الهداياة-Al-Hidayah/160723347318200

Blog: http://bimbingan-umat.blogspot.com/
✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿
. ♥░(¯`:´¯)░♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
░.(¯`•.\|/.•´¯)♥♥
░(`♥•.(۞).•´¯)░
░ (_.•´/|\`•._)
░░░ (_.:._)░░
░░♥░ (¯`:´¯)░
♥░.(¯ `•.\|/.•´¯)::
░ (¯ `•.(۞).•´¯)♥
░ ░(_.•´/|\`•._) ♥
░ ♥░ (_.:._)´~*.
♥•*¨*•.¸•*¨*•Alhamdulillah ala ni'matil islam wal iman•*¨*.•*¨*•♥
✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿

Minggu, 05 Agustus 2012

Kisah Si Bocah dalam Hidayah

Bismillahirrohmanirrohiim
Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan itu dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari)

Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas.
Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.
Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan.
Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil.

Ini sebuah bukti nyata bahwa Allahlah yang berkuasa mengetuk pintu hati setiap hambanya.
Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu, ”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran ?”
Wartawan itu berkata: ”Tidak”. Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
Bocah itu kembali berkata , ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?”. Dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami ?”

Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidak tahuanku tentang waktu-waktu sholat.”
Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam ? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja ? ”Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku”.
Wartawan bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?”
Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”. Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.

”Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan
Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.
”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?” tanya wartawan lagi.
Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata : ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.
Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.

Kemudian Muhammad meneruskan, ”Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”
Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”

”Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan.
“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad
Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.
Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”

”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?” tanya wartawan lagi.
Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”
“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam ?” tanya wartawan
Maka dia menjawab dengan meyakinkan : “Tentu”
”Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana engkau menghindari daging babi ?”
Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”
”Apakah engkau sholat di sekolahan ?”
”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad

Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan,”Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan ?”
Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan.

Semoga Bermanfa'at
❀ Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum. ❀
Silahkan di Tag/Share….Semua untuk Umat dan Syiar Islam, Silahkan saling bantu Tag atau bagikan pada sahabat-sahabat yang lain, Kunjungi Blog & Page kami dan klik ''Like/Suka'' untuk Bergabung.

Page: https://www.facebook.com/pages/الهداياة-Al-Hidayah/160723347318200

Blog: http://bimbingan-umat.blogspot.com/

Rabu, 25 Juli 2012

Jadwal Shalat Seluruh Kota Di Indonesia
Selamat Menunaikan Ibadah

Selasa, 24 Juli 2012

 Hal-hal Yang Dibolehkan Ketika Puasa

Hari ketika puasa.
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوءٍ

“Andaikan tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk gosok gigi setiap wudlu.” (HR. Al Bukhari)
Imam Bukhari menyebutkan dalam shahihnya:

و كَانَ ابْنُ عُمَرَ يَسْتَاكُ أَوَّلَ النَّهَارِ وَآخِرَه

Dulu Ibn Umar ber-gosok gigi di pagi hari maupun sore hari. (HR. Al Bukhari secara muallaq)

Catatan: bolehkah menggunakan pasta gigi?
Syaikh Ibn Baz pernah ditanya tentang hukum menggunakan pasta gigi. Beliau menjawab: “Tidak masalah, selama dijaga agar tidak tertelan sedikitpun.” (Fatwa Syaikh Ibn Baz, 4/247)

2. Keramas untuk mendinginkan badan.

كان صلى الله عليه وعلى آله وسلم يصب الماء على رأسه وهو صائم من العطش أو من الحر

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyiramkan air ke atas kepala Beliau ketika sedang puasa, karena kehausan atau terlalu panas. (HR. Ahmad, Abu Daud dengan sanad bersambung dan shahih)

وكان ابْنُ عُمَرَ -رضى الله عنهما- بَلَّ ثَوْبًا ، فَأَلْقَاهُ عَلَيْهِ، وَهُوَ صَائِمٌ.

Ibn Umar radliallahu ‘anhuma pernah membasahi pakaiannya dan beliau letakkan di atas kepalanya ketika sedang puasa. (Riwayat Al Bukhari secara muallaq)
Semakna dengan hadis ini adalah orang yang berenang atau berendam di air ketika puasa

3. Bercelak dan menggunakan tetes mata.
Al Bukhari menyatakan dalam shahihnya:

ولم ير أنس والحسن وإبراهيم بالكحل للصائم بأساً

Anas bin Malik, Hasan Al Bashri, dan Ibrahim berpendapat bolehnya menggunakan celak. (Shahih Bukhari, bab Bolehnya orang yang berpuasa mandi)

4. Suntikan selain infus.
Syaikhul Islam Ibn Taimiyah berpendapat bahwa hal itu tidak membatalkan puasa. (Majmu’ Al Fatawa, 25/234). Karena pada asalnya, suatu perbuatan itu tidak membatalkan puasa kecuali jika ada dalilnya. Dan tidak diketahui adanya dalil tentang menggunakan suntikan. Maka barangsiapa melarang atau membencinya maka wajib mendatangkan dalil. Karena haram dan makruh adalah hukum syariat yang tidak bisa ditetapkan kecuali berdasarkan dalil. Allahu A’lam

5. Mencicipi makanan.
Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma mengatakan:

لَا بَأسَ أَن يَذُوق الخَلَّ أو الشَيءَ مَا لَـم يَدخُل حَلقَه وهو صائم

Orang yang puasa boleh mencicipi cuka atau makanan lainnya selama tidak masuk ke kerongkongannya. (HR. Al Bukhari secara muallaq)

6. Mengambil darah untuk tujuan analisis atau donor darah, jika tidak dikhawatirkan melemahkan badan.
Dibolehkan mengambil darah untuk tujuan analisis atau donor, jika tidak dikhawatirkan membuat badan lemah. Jika pendonor khawatir lemas maka sebaiknya tidak donor siang hari, kecuali karena darurat.
Dari Tsabit Al Bunani, dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, bahwa beliau ditanya:

أكنتم تَكرَهون الحِجَامة للصائم

Apakah kalian dulu membenci bekam ketika puasa? Anas menjawab: Tidak, kecuali jika menyebabkan lemah. (HR. Al Bukhari)

Hukum dalam masalah ini sama dengan hukum berbekam. Dan terdapat riwayat yang shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam. (HR. Al Bukhari)

7. Berbekam.
Dulu, berbekam termasuk salah satu pembatal puasa kemudian hukum dihapus, berdasarkan riwayat dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma,

أَنَّ النَبِـيّ صلى الله عليه وسلم احتَجَمَ وَهُو صَائِم

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam ketika sedang berpuasa. (HR. Al Bukhari dan Abu Daud)

8. Berkumur dan menghirup air ketika wudlu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan berkumur dan menghirup air ke dalam hidung ketika wudlu, hanya saja beliau melarang untuk menghirup terlalu keras ketika puasa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وبَالِغ فِي الاِستِنشَاق إلا أَن تكُون صائماً

“Bersungguh-sungguhlah dalam menghirup air ke dalam hidung, kecuali jika kalian sedang berpuasa.” (HR. Pemilik kitab sunan dengan sanad shahih)
Hadis ini menunjukkan bahwa berkumur juga disyariatkan ketika berpuasa.

9. Mencium dan bercumbu dengan istri.
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha, beliau mengatakan:

كان رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُقَبِّلُ وهُو صَائِمٌ وَيُباشِر وَهُو صَائِمٌ ولَكِنَّه كَان أَملَكَكُم لأَرَبِه

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium dan bercumbu dengan istrinya ketika puasa, namun beliau adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Dari Umar bin Khothab radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

هَشَشتُ يَوْمًا فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْرًا عَظِيمًا فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ

Suatu hari nafsuku bergejolak maka aku-pun mencium (istriku) padahal aku puasa, kemudian aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata: Aku telah melakukan perbuatan yang berbahaya pada hari ini, aku mencium sedangkan aku puasa. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتُ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ

“Apa pendapatmu kalau kamu berkumur dengan air padahal kamu puasa?” Aku jawab: Boleh. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lalu kenapa mencium bisa membatalkan puasa?” (HR. Ahmad dan dishahihkan Syu’aib Al Arnauth)
Dalam hadis Umar di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meng-qiyaskan (analogi) antara bercumbu dengan berkumur. Keduanya sama-sama rentan dengan pembatal puasa. Ketika berkumur, orang sangat dekat dengan menelan air. Namun selama dia tidak menelan air maka puasanya tidak batal. Sama halnya dengan bercumbu. Suami sangat dekat dengan keluarnya mani. Namun selama tidak keluar mani maka tidak batal puasanya.

10. Masuk waktu subuh dalam kondisi junub (belum mandi).
Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radliallahu ‘anhuma,

أَنَّ النَّبِـي صلى الله عليه وسلم كَانَ يُدرِكُه الفَجرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِن أَهلِه ثُـمَّ يَغتَسِل وَيَصُوم

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk waktu subuh dalam keadaan junub (belum mandi) karena berhubungan suami istri, kemudian beliau mandi dan berpuasa. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

11. Menggunakan minyak wangi dan minyak rambut.
Bau harum merupakan satu hal yang disukai dalam islam, lebih-lebih ketika hari jum’at, berdasarkan hadis terkait jum’atan:

..وليمس من طيب أهله ويدهن

“…hendaknya dia menggunakan minyak wangi istrinya dan memakai minyak rambut.”
Ibn Mas’ud radliallahu ‘anhu mengatakan:

إِذَا كَانَ صَوْمُ أَحَدِكُمْ فَلْيُصْبِحْ دَهِينًا مُتَرَجِّلاً

“Jika kalian berpuasa maka hendaknya masuk waktu subuh dalam keadaan meminyaki dan menyisir rambutnya.” (Riwayat Al Bukhari tanpa sanad). Ibn mas’ud juga mengatakan:

اصبحُوا مُدّهِنِين صِيامًا

“Ketika masuk pagi, gunakanlah minyak rambut pada saat puasa.” (HR. At Thabrani dan perawinya perawi shahih)

Allahu a’lam.

Oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

Semoga Bermanfa’at
❀ Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum. ❀
Silahkan di Tag/Share….Semua untuk Umat dan Syiar Islam, Silahkan saling bantu Tag atau bagikan pada sahabat-sahabat yang lain, Kunjungi Blog & Page kami dan klik ''Like/Suka'' untuk Bergabung.

Page: https://www.facebook.com/pages/الهداياة-Al-Hidayah/160723347318200

Blog: http://bimbingan-umat.blogspot.com/

Senin, 16 Juli 2012

Jumat, 01 Juni 2012

 Wahhabi Pengacau!! Dzikir Berjama'ah Dibilang Ahli Bid'ah??! [Mendudukan Persoalan Dengan Dalil]

Bismillahir rohmanir rohiim
Ada salah satu sekte menyebar di masyarakat kita, mereka menamakan diri "salafi", padahal sebenarnya nama yang cocok bagi mereka adalah "talafi" (perusak). Jargon yang biasa mereka bawa adalah "basmi TBC", "perangi segala macam bid'ah", "Kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah" dan kata-kata "manis" lainnya. Salah satu yang sering dapat serangan dari mereka adalah masalah yang sebenarnya "bukan masalah", tapi mereka ungkit-ungkit untuk membuat keributan. ngaku memrangi "TBC" tapi sebenarnya mereka sendiri membawa "TBC". Waspada!!!!!!

Berkumpul di suatu tempat untuk berdzikir bersama hukumnya adalah sunnah dan merupakan jalan untuk mendapatkan pahala dari Allah, jika memang tidak dibarengi dengan perkara-perkara yang diharamkan. Hadits-hadits yang menunjukkan kesunnahan tentang ini sangat banyak, di antaranya: (Lihat an-Nawawi, Riyadl ash-Shalihin, hal. 470-473)
1. Rasulullah bersabda:

لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ (رواه مسلم)

“Tidaklah sekelompok orang berkumpul dan bardzikir menyebut Nama-nama Allah kecuali mereka dikelilingi oleh para Malaikat, diliputi rahmat, diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah sebut mereka di kalangan para Malaikat yang mulia”. (HR. Muslim)

2. al-Imam Muslim dan al-Imam at-Tirmidzi meriwayatkan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَليهِ وَسَلّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقَالَ: مَا يُجْلِسُكُمْ ؟ قَالُوْا: جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللهَ وَنَحْمَدُهُ، فَقَالَ: إِنَّهُ أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَأَخْبَرَنِيْ أَنَّ اللهَ يُبَاهِيْ بِكُمْ الْمَلاَئِكَةَ (أخرجه مسلم والترمذيّ)

“Suatu ketika Rasulullah keluar melihat sekelompok sahabat yang sedang duduk bersama, lalu Rasulullah bertanya: Apa yang membuat kalian duduk bersama di sini? Mereka menjawab: Kami duduk berdzikir kepada Allah dan memuji-Nya, kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh Aku didatangi oleh Jibril dan ia memberitahukan kepadaku bahwa Allah membanggakan kalian di kalangan para Malaikat”. (HR. Muslim dan at-Tirmidzi)

3. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ قَوْمٍ اجْتَمَعُوْا يَذْكُرُوْنَ اللهَ لاَ يُرِيْدُوْنَ بِذَلِكَ إِلاَّ وَجْهَهُ تَعَالَى إِلاَّ نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ قُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ (أخرجه الطّبَرانِيّ)

“Tidaklah suatu kaum berkumpul untuk berdzikir, dan mereka tidak berharap dengan itu kecuali untuk mendapat ridla Allah maka Malaikat menyeru dari langit: Berdirilah kalian dalam keadaan sudah terampuni dosa-dosa kalian”. (HR. ath-Thabarani)


Sedangkan dalil yang menunjukkan kesunnahan mengeraskan suara dalam berdzikir secara umum, di antaranya adalah hadits Qudsi: Rasulullah bersabda:

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ، وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ (متّفق عليه)

“Allah berfirman: “Aku Maha kuasa untuk berbuat seperti harapan hambaku terhadap-Ku”, dan Aku senantiasa menjaganya dan memberikan taufiq serta pertolongan terhadapnya jika ia menyebut nama-Ku. Jika ia menyebutku dengan lirih maka Aku akan memberinya pahala dan rahmat secara sembunyi-sembunyi, dan jika ia menyebut-Ku secara berjama’ah atau dengan suara keras maka Aku akan menyebutnya di kalangan para Malaikat yang mulia”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Makna “Aku Maha kuasa untuk berbuat seperti harapan hambaku terhadap-Ku” artinya; "Jika hamba tersebut berharap untuk diampuni maka akan Aku (Allah) ampuni dosanya, jika ia mengira taubatnya akan Aku terima maka Aku akan menerima taubatnya, jika ia berharap akan Aku kabulkan doanya maka akan Aku kabulkan, dan jika ia mengira Aku mencukupi kebutuhannya maka akan Aku cukupi kebutuhan yang dimintanya". Demikian penjelasan ini seperti tuturkan oleh al-Qadli ‘Iyadl al-Maliki.
Dzikir Berjama’ah Setelah Shalat Dengan Suara Keras


Para ulama telah sepakat akan kesunnahan berdzikir setelah shalat (Lihat an-Nawawi dalam al-Adzkar, h. 70). Al-Imam at-Tirmidzi meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah ditanya: “Ayyuddu’a Asma’u?”. (Apakah doa yang paling mungkin dikabulkan?). Rasulullah menjawab:

جَوْفُ اللَّيْلِ، وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوْبَاتِ، قال الترمذيّ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ

“Doa di tengah malam, dan seusai shalat fardlu”. (at-Tirmidzi mengatakan: Hadits ini Hasan)

Dalil-dalil berikut ini menunjukkan kesunnahan mengeraskan suara dalam berdzikir secara berjama’ah setelah shalat secara khusus. Di antaranya hadits dari sahabat ‘Abdullah ibn ‘Abbas, bahwa ia berkata:

كُنْتُ أَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ رَسُوْلِ اللهِ بِالتَّكْبِيْرِ (رواه البخاريّ ومسلم)

“Aku mengetahui selesainya shalat Rasulullah dengan takbir (yang dibaca dengan suara keras)”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits riwayat al-Imam Muslim disebutkan bahwa ‘Abdullah ibn ‘Abbas berkata:

كُنَّا نَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ رَسُوْلِ اللهِ بِالتَّكْبِيْرِ (رواه مسلم)

“Kami mengetahui selesainya shalat Rasulullah dengan takbir (yang dibaca dengan suara keras)” (HR. Muslim)

Kemudian ‘Abdullah ibn ‘Abbas berkata:

أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ (رواه البخاريّ ومسلم)

“Mengeraskan suara dalam berdzikir ketika orang-orang telah selesai shalat fardlu sudah terjadi pada zaman Rasulullah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dalam sebuah riwayat lain, juga diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dan al-Imam Muslim, bahwa Ibn ‘Abbas berkata:

كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوْا بِذلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ (رواه البخاريّ ومسلم)

“Aku mengetahui bahwa mereka telah selesai shalat dengan mendengar suara berdzikir yang keras itu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Hadits-hadits ini adalah dalil akan kebolehan berdzikir dengan suara keras, tentunya tanpa berlebih-lebihan dalam mengeraskannya. Karena mengangkat suara dengan keras yang berlebih-lebihan dilarang oleh Rasulullah dalam hadits yang lain. Dalam hadits riwayat al-Bukhari dari sahabat Abu Musa al-Asy’ari bahwa ketika para sahabat sampai dari perjalanan mereka di lembah Khaibar, mereka membaca tahlil dan takbir dengan suara yang sangat keras. Lalu Rasulullah berkata kepada mereka:

اِرْبَعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُوْنَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّمَا تَدْعُوْنَ سَمِيْعًا قَرِيْبًا ...

“Ringankanlah atas diri kalian (jangan memaksakan diri mengeraskan suara secara berlebihan), sesungguhnya kalian tidak meminta kepada Dzat yang tidak mendengar dan tidak kepada yang ghaib, kalian meminta kepada yang maha mendengar dan maha “dekat” …”. (HR. al-Bukhari)

Hadits ini bukan melarang berdzikir dengan suara yang keras. Tetapi yang dilarang adalah dengan suara yang sangat keras dan berlebih-lebihan. Hadits ini juga menunjukkan bahwa boleh berdzikir dengan berjama’ah, sebagaimana dilakukan oleh para sahabat tersebut. Yang dilaraang oleh Rasulullah dalam hadits ini bukan berdzikir secara berjama’ah, melainkan mengeraskan suara secara berlebih-lebihan.

Doa Berjama’ah


Rasulullah bersabda:

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فَدَعَا بَعْضٌ وَأَمَّنَ الآخَرُوْنَ إِلاَّ اسْتُجِيْبَ لَهُمْ (رواه الحاكم في المستدرك من حديث مسلمة بن حبيب الفهري)

“Tidaklah suatu kaum berkumpul, lalu sebagian berdoa dan yang lain mengamini, kecuali doa tersebut akan dikabulkan oleh Allah”. (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak dari sahabat Maslamah ibn Habib al-Fihri).

Hadits ini menunjukkan kebolehan berdoa dengan berjama’ah. Artinya, salah seorang berdoa, dan yang lainnya mengamini. Termasuk dalam praktek ini yang sering dilakukan oleh banyak orang setelah shalat lima waktu, imam shalat berdoa dan jama’ah mengamini.

Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Minhaj al-Qawim Syarh al-Muqaddimah al-Hadlramiyyah, menuliskan sebagai berikut:
[وَيُسِرُّ بِهِ] الْمُنْفَرِدُ وَالْمَأْمُوْمُ خِلاَفًا لِمَا يُوْهِمُهُ كَلاَمُ الرَّوْضَةِ (إِلاَّ الإِمَامُ الْمُرِيْدُ تَعْلِيْمَ الْحَاضِرِيْنَ فَيَجْهَرُ إِلَى أَنْ يَتَعَلَّمُوْا) وَعَلَيْهِ حُمِلَتْ أَحَادِيْثُ الْجَهْرِ بِذَلِكَ، لَكِنْ اسْتَبْعَدَهُ الأَذْرَعِيُّ وَاخْتَارَ نَدْبَ رَفْعِ الْجَمَاعَةِ أَصْوَاتَهُمْ بِالذِّكْرِ دَائِمًا

“Orang yang shalat sendirian dan seorang makmum agar memelankan bacaan dzikir dan doa seusai shalatnya, -ini berbeda dengan yang dipahami dari tulisan ar-Raudlah-, kecuali seorang Imam yang bermaksud mengajari para jama’ah tentang lafazh-lafazh dzikir dan doa tersebut, maka ia boleh mengeraskannya hingga jama’ah mengetahui dan hafal dzikir dan doa tersebut. Dengan makna inilah dipahami hadits-hadits mengeraskan bacaan dzikir dan doa setelah shalat. Namun al-Imam al-Adzra’i tidak menerima pemahaman seperti ini dan beliau memilih pendapat bahwa sunnah bagi para jama’ah hendaknya selalu mengeraskan suara mereka dalam membaca dzikir (Sesuai zhahir hadits-hadits di atas)” (al-Minhaj al-Qawim, h. 163).


Dikutip dari : AQIDAH AHLUSSUNNAH: ALLAH ADA TANPA TEMPAT

Semoga Bermanfa'at
❀ Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum. ❀
Silahkan di Tag/Share….Semua untuk Umat dan Syiar Islam, Silahkan saling bantu Tag atau bagikan pada sahabat-sahabat yang lain, Kunjungi Blog & Page kami dan klik ''Like/Suka'' untuk Bergabung.

Page: https://www.facebook.com/pages/الهداياة-Al-Hidayah/160723347318200

Blog: Bhttp://bimbingan-umat.blogspot.com/

Rabu, 02 Mei 2012

HADITS HADITS TENTANG SHOLAT

Bismillahi rohmani rohim
1. Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi. (HR. An-Nasaa'i dan Tirmidzi)


2. Paling dekat seorang hamba kepada Robbnya ialah ketika ia bersujud maka perbanyaklah do'a (saat bersujud) (HR. Muslim)

3. Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai yang airnya mengalir dan melimpah dekat pintu rumah seseorang yang tiap hari mandi di sungai itu lima kali. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Abdullah ibnu Mas'ud Ra berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdol?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya lagi, "Lalu apa lagi?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Berjihad di jalan Allah." (HR. Bukhari)

5. Shalat dua rakaat (yakni shalat sunnah fajar) lebih baik dari dunia dan segala isinya. (HR. Tirmidzi)

6. Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka dia kafir terang-terangan. (HR. Ahmad)

7. Suruhlah anak-anakmu shalat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (putera-puteri). (HR. Abu Dawud)

8. Shalat pada awal waktu adalah keridhoan Allah dan shalat pada akhir waktu adalah pengampunan Allah. (HR. Tirmidzi)

9. Barangsiapa lupa shalat atau ketiduran maka tebusannya ialah melakukannya pada saat dia ingat. (HR. Ahmad)

10. Apabila seseorang mengantuk saat akan shalat hendaklah ia tidur sampai hilang ngantuknya, sebab bila shalat dalam keadaan mengantuk dia tidak menyadari bahwa ketika beristighfar ternyata dia memaki dirinya.(HR. Bukhari)

11. Janganlah melakukan shalat pada saat hidangan makanan sudah tersedia dan jangan pula memulai shalat dalam keadaan menahan kencing dan buang air (termasuk kentut). (HR. Ibnu Hibban)

12. Apabila diserukan untuk shalat datangilah dengan berjalan dengan tenang. Apa yang dapat kamu ikuti shalatlah dan yang tertinggal lengkapilah. (HR. Ahmad)
Penjelasan:
Tidak boleh tergesa-gesa dan berlari-larian menuju masjid.

13. Yang pertama-tama diangkat dari umat ini ialah khusyu' sehingga tidak terlihat seorangpun yang khusyu'. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Semoga Bermanfa’at
❀ Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum. ❀
Silahkan di Tag/Share….Semua untuk Umat dan Syiar Islam, Silahkan saling bantu Tag atau bagikan pada sahabat-sahabat yang lain, Kunjungi Blog & Page kami dan klik ''Like/Suka'' untuk Bergabung. 

Page: https://www.facebook.com/pages/الهداياة-Al-Hidayah/160723347318200

Blog: http://bimbingan-umat.blogspot.com/

Hanya Satu Jalan Yang Selamat.

Bismillahi rohmani rohim
Ketahuilah, semoga Allah merahmati kita, bahwanya jalan yang menjamin bagi kita untuk mendapatkan kenikmatan Islam itu hanya satu dan tidak banyak, karena Allah menetapkan kebahagian hanya bagi satu golongan saja. Allah Ta’ala berfirman : “Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah 22).Dan Allah juga menetapkan kemenangan itu hanya bagi satu golongan, Allah menyatakan : “Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai walinya, maka sesungguhnya golongan Allah itulah yang pasti menang.” (QS. Al-Maidah 56).

Dan kapanpun kita cari dalam Al-Qur’an serta dalam Al-Hadits, tidak akan kita jumpai memecah belah umat kepada jama’ah-jama’ah dan kelompok-kelompok kecuali pasti di cela (oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits tersebut,ed.).

Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah–belah agama mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Ruum 31-32).

Dan bagaimana Allah Azza Wa Jalla akan meridhoi umat-Nya untuk berpecah belah setelah Allah menjaganya dangan tali-Nya, dan Allah juga yang melepaskan nabi-Nya dari hal tersebut, dan mengingatkannya (dari bahaya perpecahan tersebut, ed.). Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka berkelompok-kelompok, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah pada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. “(QS. Al-An’am : 159).

Muawwiyah bin Abi Sufyan berkata : Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdiri di antara kami lalu menyatakan : “Sesungguhnya ahlul kitab sebelum kalian berpecah (menjadi) dua belas millah (golongan), dan umat ini akan berpecah (menjadi) tiga belas, dua belas di neraka dan satu di surga, yaitu Al-Jama’ah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud).

Berkata Al-‘Amir Ash-Shan’ani rahmatullah : “Penyebutan jumlah pada hadits ini bukanlah untuk menerangkan tentang banyaknya orang-orang yang binasa, hanya saja hal itu menerangkan tentang luasnya jalan-jalan kesesatan dan cabang-cabangnya, serta (menerangkan bahwa) jalan kebenaran itu hanya ada satu. Dan serupa dengan itu adalah apa yang di sebutkan oleh para ulama tafsir dalam firman Allah : “Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan(yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am: 153).

Dan bahwasanya (Allah) menjamak (menggunakan lafadz As-Subul sebagai bentuk jamak / jumlah bilangan yang banyak, ed.) terhadap jalan –jalan yang di larang untuk mengikutinya, faedahnya adalah untuk menerangkan bercabangnya jalan-jalan kesesatan, banyak dan luasnya. Sedangkan Allah menunggalkan (menggunakan lafadz tunggal, ed.) terhadap jalan petunjuk dan kebenaran untuk (menerangkan) bahwa jalan kebenaran itu hanya satu dan tidak berbilang ( yakni tidak banyak dan bercabang-cabang jumlahnya, ed.).”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata : “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menggariskan satu garis (di atas tanah) pada kami lalu kami menyatakan : “Ini adalah jalan Allah “, kemudian beliau menggariskan beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya, lalu menyatakan : “Ini adalah jalan-jalan ( As-Subul, maknanya beberapa jalan yang banyak, ed.) dan di atas setiap jalan ini ada setan yang mengajak kepadanya”. Lalu beliau membaca (Firman Allah) : “Dan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am : 153).

Hadits dia atas menunjukkan dengan tegas bahwa jalan kebenaran itu hanya satu. Al-Iman Ibnu Qayyim berkata : “…….Karena jalan yang menyampaikan kepada Allah itu hanya satu, apa-apa yang diutus dengannya para Rasul-Nya, serta di turunkan dengannya kitab-kitab-Nya, tidak seorangpun yang sampai kepada Allah kecuali dengan satu jalan ini, Seandainya manusia itu mendatangi setiap jalan dan minta di bukakan pada setiap pintu, maka jalan-jalan mereka di halangi, serta pintu-pintu itu tertutup, kecuali dari satu jalan ini, maka sesungguhnya jalan itulah yang menyampaikan kepada Allah”.

Dari ucapan Ibnu Qayyim di atas jelas bagi kita bahwa yang di maksud dengan jalan itu adalah rukun kedua dari rukun-rukun tauhid setelah syaadat Laa Ilaaha illallah yaitu syahadat wa asyahadu anna Muhammad rasulullah, dan hal itu juga termasuk rukun kedua dari syarat-syarat di terimanya amalan, karena amalan itu tidak akan di terima kecuali dengan dua syarat, yaitu ikhlas dan mengikuti contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam.

Setelah jelas bagi kita bahwa jalan kebenaran itu hanya satu, maka tidak boleh bagi kita untuk menyatakan atau beranggapan bahwa jalan menuju Allah itu banyak sekali sejumlah nafas-nafas manusia, atau pertanyaan-pertanyaan yang lain yang sudah diketahui secara jelas dalam agama ini bahwasanya hal tersebut adalah salah. Dan agama ini datang untuk mempersatukan pemeluknya (dalam satu ikatan) dan tidak untuk memecahbelah. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala menyatakan : “Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah, dan janganlah kalian berpecahbelah, serta ingatlah atas ni’mat Allah kepada kalian, ketika kalian (dahulu) bermusuhan, lalu Allah persatukan hati-hati kalian, menjadilah kalian dengan ni’mat Allah tersebut bersaudara.” (QS. Ali-Imran : 103).

Dan yang di maksud dengan hablullah (tali Allah) adalah Kitabullah (Al-Qur’an), sebagaimana dinyatakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu : “Sesungguhnya jalan ini di hadiri oleh para setan yang menyeru : “Wahai hamba Allah, ayo kesini ! Ini adalah jalan (yang lurus)”, untuk menghalangi mereka dari jalan Allah. Maka berpegang teguhlah dengan tali Allah, karena sesungguhnya tali Allah itu adalah Kitabullah”.

Dari atsar diatas dapat kita anbil dua faedah :

Pertama : Bahwa jalan (yang lurus) itu hanya satu, dan setan berupaya untuk memecah belah manusia di sekitar jalan tersebut. Maka tidak ada cara yang paling baik untuk memecah belah manusia dengan ajaran bahwa jalan kebenaran itu banyak. Maka barang siapa yang melempar keragu-raguan kepada manusia dengan pertanyaan bahwa kebenaran itu tidak terbatas pada satu jalan saja, maka dia adalah setan. Dan Allah menyatakan : “Maka tidak ada setelah kebenaran itu kecuali adalah kesesatan.” (QS. Yunus : 32).

Kedua : Bahwa tali Allah yang di tafsirkan dengan Kitabullah yang wajib atas kaum muslimin untuk berpegang teguh dengannya dan bersatu di atasnya tidak bertentangan dengan ucapan Ibnu Mas’ud : “Shirothol mustaqim adalah apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan (mewasiatkan, ed..) kami di atasnya. “(Atsar riwayat Imam At-Thabrani).
Hal tersebut di karenakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan bagi mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah, sebagaimana yang beliau nyatakan : “Aku tinggalkan pada kalian apa-apa yang jika kalian berpegang teguh dengannya niscaya kalian tidak akan sesat setelahku selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan sunnahku.” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwatho’).

Dan sunnahnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu juga termasuk wahyu, dan juga sebagai tafsir dari Al-Qur’an, bahwa sebaik-baiknya makhluk dan menafsirkan Al-Qur’an adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan : “Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikir untuk menjelaskan kepada manusia apa-apa yang Kami turunkan kepada mereka.” (QS. An-Najm : 3-4).

Rasulullah Shallallahu aliahi wa sallam menyatakan : “Ketahuilah, sesungguhnya diturunkan kepadaku Al-Qur’an dan yang semisalnya bersama Al-Qur’an itu. “ (Shahihul Musnad).
Hasan bin Athiyyah menyatakan : “Sesungguhnya Jibril menurunkan sunnah kepada Muhammad Shollalahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dia menurunkan Al-Qur’an.”

Oleh karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan umatnya jika terjadi perpecahan untuk berpegang dalam sunnah beliau Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyatakan : “Sesungguhnya barang siapa diantara kalian yang hidup sesudahku, niscaya akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian (untuk berpegang teguh) dengan sunnahku dan sunnahnya khulafaur rasyidin al-mahdiyyin. Berpegang teguhlah kalian dengannya, dan gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham. Dan berhati-hatilah kalian dengan perkara-perkara yang diada-adakan adalah bi’dah.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Ibnu Baththah menerangkan sebab bersatunya kalimat salaf : “Terus-menerus generasi pertama umat ini diatas (jalan) ini semua, (yakni) di atas persatuan hati dan kecocokan madzhab. Kitabullah (Al-Qur’an) sebagai penjaga mereka, sunnahnya Rasulullah sebagai imam mereka. Mereka tidak menggunakan pendapat-pendapat mereka dan tidak tergiur dengan hawa nafsu mereka. Maka terus-menerus manusia dalam keadaan demikian, hati-hati mereka terjaga dengan penjagaan Tuhan mereka, dan jiwa-jiwa mereka tertahan dari hawa nafsu dengan pertolongan Tuhannya.” (lihat Kitab Al-Ibanah 1/237).

Wallahu a’lam bish shawab

Sumber : Penulis: Ustadz Muhammad IrfanBULETIN DAKWAH AT-TASHFIYYAH, Surabaya Edisi : 05/ Dzulqo’dah/ 1424
http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=277

Semoga Bermanfa’at
❀ Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum. ❀
Silahkan di Tag/Share….Semua untuk Umat dan Syiar Islam, Silahkan saling bantu Tag atau bagikan pada sahabat-sahabat yang lain, Kunjungi Blog & Page kami dan klik ''Like/Suka'' untuk Bergabung.

Page: https://www.facebook.com/pages/الهداياة-Al-Hidayah/160723347318200

Blog: http://bimbingan-umat.blogspot.com/

Sabtu, 07 April 2012

Memaknai do'a anak Shaleh

Assalamu 'alaikum wrwb....
Dalam agama Islam diajarkan bahwa ada tiga amalan yang akan terus mengalir pahalanya walau pemiliknya telah meninggalkan dunia fana yaitu ;
1.Ilmu yang bermanfaat
2.Amal jariyah dan
3.Do'a anak sholeh
Ini bermakna bahwa orang tua diminta untuk mendidik anaknya agar menjadi anak yang shaleh/ shalehah yang kelak diharapkan akan terus mendoakan orang tuanya. Pesan dari ajaran tersebut adalah pesan tentang pendidikan, pendidikan kepada anak, yang ganjarannya begitu menggiurkan karena pahalanya akan terus mengalir meski kita sudah meninggal.

Ada sebuah doa yang dikenal dengan nama "Do'a Anak Shaleh" dan yang diajarkan oleh hampir semua orang tua muslim kepada anak-anak mereka dengan harapan agar anak-anak mereka mau mendoakan mereka dengan doa ini. Begini bunyinya:

“ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO”
Artinya dalam Bahasa Indonesia; "Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”
Do'a ini begitu populernya sehingga hampir semua anak hafal dengan do''a ini. Doa ini juga cukup pendek dan sangat mudah dihafalkan oleh anak-anak. Dalam jangka waktu singkat anak balita pun bisa mengingat dan menghafalnya. Akan sungguh mengggemaskan jika kita mendengar anak balita yang masih cedal membacakan doa' ini. Kalau seorang anak bisa membaca do'a ini rasanya hati orang tua langsung "mak nyes", adem dan bahagia. Saya yang belum punya anak dari rahim sendiri pun kerap merasakan sensasi yang sama ketika anak - anak di TPA dan TK tempat saya mengajar bersama - sama membaca do'a ini.
Meski kita berusaha mengajarkan do'a ini kepada anak - anak, pernahkah kita benar-benar memperhatikan dan memahami makna dari do'a ini? Sebagai seorang pendidik saya sungguh takjub dengan pesan yang hendak disampaikan oleh do'a ini. Coba perhatikan kalimatnya baik-baik dan pikirkan mengapa do'anya seperti itu. Mengapa anak - anak diminta untuk berdoa agar orang tuanya disayangi "sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil"?
Mengapa redaksinya bukan "sebagaimana mereka menyayangiku selama ini", umpamanya. Mengapa justru ditekankan "sewaktu aku masih kecil"? Apakah do'a ini hanya berlaku bagi anak yang masih kecil saja dan jika sudah lebih dewasa maka redaksinya akan diubah menjadi; "sewaktu aku ABG, atau sewaktu dewasa", umpamanya? Tidak. Do'a itu redaksinya tidak berubah, meski kita mendoakan orang tua kita ketika kita sendiri telah tua. Redaksinya tidak berubah dan tidak perlu diubah.
Lantas mengapa begitu redaksinya?
Menurut saya, do'a ini mengandung pesan pendidikan yang sungguh dalam bagi para orang tua. Jadi sebenarnya do'a ini memang pesannya UNTUK ORANG TUA dan bukan untuk si anak. Melalui doa' ini terkandung pesan untuk meminta agar orang tua mendidik dan menyayangi anaknya dengan sebaik-baiknya, khususnya SEWAKTU KECIL. Para orang tua diminta untuk mencurahkan kasih sayangnya sepenuh-penuhnya kepada anaknya sewaktu kecil karena sewaktu kecil itulah anak-anak kita membutuhkan kasih sayang yang tak terhingga sebagai bekal bagi mereka mengarungi hidup sewaktu besar nantinya.
Dengan kasih sayang yang berlimpah dan pendidikan yang baik pada waktu kecil (bukan berarti memanjakannya) maka sang anak akan punya pondasi mental dan spiritual yang kuat dalam menghadapi hidup mereka di masa dewasa nantinya. Dan do'a ini seolah hendak disampaikan kepada orangtua; "Wahai para orang tua, sayangilah anak-anakmu sebaik-baiknya pada saat mereka masih kecil. Berikan semua yang terbaik darimu kepada anak-anakmu ketika mereka masih kecil. Janganlah sampai mereka mendapati hal yang buruk dan tidak baik darimu ketika mereka masih kecil. Janganlah sampai engkau menunjukkan sikap kasar, keras dan kejammu pada anakmu waktu masih kecil karena Tuhanmu akan mengganjarmu sesuai dengan perbuatanmu pada anakmu ketika masih kecil (dan bukan pada masa yang lain)”.
Secara alami orang tua memang sangat menyayangi anak-anak mereka ketika masih kecil. Itu masa-masa ketika orang tua sangat menyayangi dan melindungi anak-anak mereka. Mereka melimpahinya dengan berbagai pujian dan hadiah. Pelukan dan ciuman datang tak henti-hentinya. Kata-kata lembut dan panggilan sayang berhamburan. Rasanya apa saja yang diminta oleh anak sewaktu ia masih kecil segera dituruti dan diusahakan dengan sungguh-sungguh. Para orang tua biasanya menolerir semua kesalahan anak-anak mereka dan tidak marah meskipun anak memecahkan barang orang tua yang paling disayangi.
Hal ini tentu berbeda dengan ketika anak sudah cukup besar. Pada saat itu orang tua sudah mulai kurang toleran. Pujian semakin berkurang dan hukuman semakin banyak. Raut muka dan tutur kata sudah mulai berubah. Pendek kata kasih sayang orang tua sudah berbeda dengan ketika anak masih kecil. Itulah sebabnya do'a tersebut menyebutkan secara spesifik WAKTU TERINDAH dalam hubungan anak dan orang tua, yaitu "sewaktu masih kecil". Orang tua akan dimintakan ganjaran kepada Tuhan pengampunan dosa dan balasan kasih sayang yang terbaik dari Allah sebagaimana mereka melakukan hal yang terbaik kepada anak mereka sewaktu mereka masih kecil.
Jadi dengan redaksi do'a itu kita sebenarnya diminta untuk menyayangi anak-anak "habis-habisan" ketika mereka masih kecil karena upaya kita pada saat itulah yang akan menjadi perhitungan untuk balasannya dari Allah kelak. Hal itu juga sesuai dengan kebutuhan anak yang memerlukan kasih sayang yang berlimpah ketika masih kecil karena mereka benar-benar masih sangat bergantung pada orang tua pada saat itu. Hal itu juga sesuai dengan fitrahnya orang tua yang masih benar-benar "all-out" dalam menyayangi anaknya ketika masih kecil. Do'a itu memang mengandung pesan pendidikan luar biasa.
Jadi jika ada yang masih atau sedang mempunyai anak kecil yang akan dilatih do'a tersebut jangan lupa bahwa do'a itu sebenarnya pesan dari Tuhan kepada sang orang tua. Berikan yang terbaik dan terindah dari apa yang dipunya kepada anak - anak yang masih kecil tersebut. Dengan demikian do'a mereka akan sungguh-sungguh dan menghasilkan buah pahala yang tidak putus-putusnya. Wallahu a'lam :)

Semoga Bermanfa'at
❀ Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum. ❀
Silahkan di Tag/Share….Semua untuk Umat dan Syiar Islam, Silahkan saling bantu Tag atau bagikan pada sahabat-sahabat yang lain, Kunjungi Blog & Page kami dan klik ''Like/Suka'' untuk Bergabung.

Page: https://www.facebook.com/pages/الهداياة-Al-Hidayah/160723347318200

Blog: http://bimbingan-umat.blogspot.com

Jumat, 17 Februari 2012

♥Cinta♥Takwa♥Syurga♥

♥::. بســم الله الرّحمـن الرّحيــم.:: ♥
░☀ الســلام عليـكم ورحمة الله وبـركاته ☀░

Saat cinta merekah, semua terasa indah. Tak bisa dipungkiri, bahwa cinta ini dipercaya banyak orang memilki kekuatan yang unik dan dahsyat.

Bisa mendekatkan yang jauh,

Bisa menyatukan yang berbeda,

Bisa menyulap yang sederhana menjadi sangat istimewa.

Kerja cinta memang mengikat. Mengikat antara dua insan sehingga menjadi sepasang kekasih, mengikat dua insan sehingga menjadi saudara, mengikat dua insan sehingga menjadi sahabat,,,

Semua bisa seperti itu karena kerja cinta.

Dalam kehidupan kita apalagi untuk yang sudah berumah tangga, cinta perlu dihadirkan di sana. Bukan hanya memberi warna, namun juga menjadi ruh yang senantiasa menjaga nadi pernikahan agar tetap berdenyut,,,

Jika cinta sudah tak ada, maka biasanya selesailah sebuah rumah tangga, karena tak ada lagi kekuatan yang mendorong masing-masing untuk tetap bersama atas nama cinta,,,

Perselisihan bukanlah akhir dari segalanya di antara kita, berapa banyak perselisihan yang justru melahirkan kebersamaan.

Kalimat syair di atas hanya akan terjadi jika masih ada cinta yang terus bekerja dan menyemai antara seseorang dengan pasangannya,,,

Namun, melihat dimensi keagungan cinta, apakah ia sudah merupakan segalanya dalam kehidupan rumah tangga kita???

Perlu kita sadari, bahwa keluarga muslim adalah keluarga yang berorientasi akhirat. Artinya, kebersamaan bersama dengan pasangan kita tentu juga harus diorientasikan jauh ke akhirat sana. Bukan hanya sebatas kehidupan dunia saja. Ketika jiwa meregang nyawa kemudian kebersamaan menjadi selesai begitu saja, namun kebersamaan di sini harus berujung kebersamaan kelak di surga,,,

Akan tetapi, meskipun mereka di dunia memiliki kualitas cinta yang luar biasa, ternyata itu tidak cukup untuk membuat mereka bisa bersanding di surga. Tentu ada kekuatan lain, selain cinta, yang bisa menyatukan kita dengan pasangan kita kelak di Surga. Appa kekuatan itu??

Allah mengatakan, “kecuali orang-orang yang bertakwa.” Artinya, orang-orang yang bertakwa mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan estafet cintanya sampai kelak di Surga. Pasangan Suami-Istri yang bertakwa kelak akan terus memadu cinta sampai ke Surga.

Bagaimana hal itu bisa terjadi???

Itu karena mereka melandaskan cinta mereka kepada pasangannya di atas pondasi ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Bangunan rumah tangga Muslim memang harus berdiri di atas pondasi takwa. Adapun cinta, tempatkan ia sebagaimana bidangnya, mengikat dan menyatukan kita dengan pasangan kita. Karena itu memang kerja cinta, bukan sebagai pondasi. Pondasinya adalah takwa. Jika itu tidak kita lakukan, maka bangunan rumah tangga kita terlalu ‘ringkih’ dan lemah untuk sanggup menopang kebersamaan sampai kelak di Surga,,,

Sebuah rumah tangga yang dibangun di atas pondasi takwa akan hidup nuansa kebaikan di dalamnya. Mereka akan saling mengingatkan untuk senantiasa meniti jalur keta’atan kepada Allah. Bila pasangan khilaf dan kurang maksimal dalam beribadah kepada Allah, maka ia mengingatkannya dan memotivasinya agar terus meningkatkan kualitas ibadahnya.

Inilah cinta yang hakiki. Cinta di atas pilar takwa. Cinta yang membuat seorang Suami tidak tega jika istrinya kelak sengsara di akhirat. Cinta yang membuat seorang Istri tidak rela jika Suaminya kelak dijadikan bahan bakar api Neraka. Sehingga kekuatan takwalah yang kini bicara,,,

Kekuatan takwa yang akan mendorong Istri untuk selalu ta’at kepada Suami. Kekuatan takwa yang akan membuat Suami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk masa depan akhirat Istri. Konteks bicaranya adalah akhirat, sehingga jarum kompas biduk rumah tangga selalu diarahkan ke sana.

Untuk keluarga yang seperti ini, kelak Allah akan berkata kepada mereka, “Masuklah kamu ke dalam surga dan isteri-isterimu (lalu) kamu akan dimuliakan.” (QS. Az-Zukhruf [9] : 70),,,

Ternyata, ada kekuatan yang lebih dahsyat dari cinta. Kekuatan takwa, sehingga sangatlah layak jika kita sampaikan risalah hati kita kepada pasangan kita. Dengan ucapan, Cintaku kepadamu menjadi tidak berarti jika tidak melahirkan rasa takut pada Ilahi,,,

Biarkan cinta tetap bersemi, biarkan takwa selalu memberi arti, karena sesungguhnya aku ingin kita kelak tetap bisa bersama sampai meraih Surga-Nya...
❀ Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum. ❀
Silahkan di Tag/Share….Semua untuk Umat dan Syiar Islam, Silahkan saling bantu Tag atau bagikan pada sahabat-sahabat yang lain, Kunjungi Blog & Page kami dan klik ''Like/Suka'' untuk Bergabung.

Page: https://www.facebook.com/pages/الهداياة-Al-Hidayah/160723347318200

Blog: http://bimbingan-umat.blogspot.com/

Semoga bermanfaat dan diambil hikmahnya :
✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿

. (¯`:´¯)(¯`v´¯) ♥♥°˜¨•
.(¯`•.\|/.•´¯)♥♥- `•.¸.•´ ♥♥
(`•.(۞).•´¯)¸.•´... ¸.•´¨) ¸.•*¨)** *
(_.•´/|\`•._).•*´¨`*•. (`'•.¸ ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥ ♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ ¸.•'´) .•*´¨`*•..•*´¨`*•. (`'•.¸
░░░ (_.:._)-(⁀‵⁀) ..••.¸ .Salam Santun Erat  Silaturahmi
░░ (¯`:´¯)  `´¸.•°*”˜˜”*°•         &   Ukhuwah Islamiyah
.(¯ `•.\|/.•´¯):::\¸.•°*”˜˜”*°•.
`•.(۞).•´¯)/˚ •* ˚˚ ˛* °.
(_.•´/|\`•._) ♥-/*˛˚ •˚ *
(_.:._)´~*._/ \ ˚. .¸.•. ..¸.•.
•*¨*•.¸•*¨*•Alhamdulillah ala ni'matil islam wal iman•*¨*.•*¨*•
 °•˚◦♥◦˚•°¸.••. ¸.••.❀❀.•.¸°•˚◦♥◦˚•°¸.••. ¸.•• .❀❀.•.¸
✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿⊱◇✿
*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫:::: ::::♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•